Finance

Perang Timur Tengah Picu Harga Minyak Naik: Saatnya Beli Saham Migas?

Top Indo Apps JAKARTA. Arena geopolitik di Timur Tengah kembali bergejolak setelah Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran pada Jumat (13/6). Serangan eskalatif ini terjadi hanya beberapa saat setelah Presiden AS Donald Trump memberikan peringatan keras mengenai potensi konflik berskala besar di kawasan strategis tersebut.

Dampak dari eskalasi konflik ini sontak merambat ke pasar global, memicu lonjakan signifikan pada harga minyak mentah dunia. Kekhawatiran akan terganggunya pasokan dari salah satu kawasan produsen minyak terbesar di dunia menjadi pemicu utamanya. Data dari Trading Economics per Jumat pukul 20.44 WIB menunjukkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 7,48% menjadi US$ 73,12 per barel, sementara Brent menguat 7,26% mencapai US$ 74,39 per barel.

Harga Minyak Dunia Turun 3% di Tengah Isu Kenaikan Produksi OPEC+

Lonjakan harga minyak tersebut seketika menjelma menjadi sentimen positif yang kuat bagi emiten migas di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejumlah saham perusahaan migas menunjukkan performa impresif. Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melonjak 9,38% mencapai Rp 1.400, diikuti PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang meroket 7,03% ke Rp 274. Tak ketinggalan, Saham PT Elnusa Tbk (ELSA) juga menguat signifikan sebesar 6,69% ke level Rp 510.

Mengomentari situasi ini, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa konflik Israel-Iran ini secara substansial meningkatkan kekhawatiran terhadap stabilitas pasokan minyak global. Pasalnya, Iran merupakan kontributor signifikan yang menyumbang sekitar 4% dari total produksi dunia, atau setara dengan 3,28 juta barel per hari. Liza memperkirakan bahwa harga minyak berpotensi besar untuk tetap bertahan di atas US$ 70 per barel, dengan level support yang kuat berada di kisaran US$ 68 hingga US$ 65.

Senada, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi, juga menyoroti risiko krusial terkait potensi gangguan distribusi minyak, khususnya di Selat Hormuz. Jalur maritim vital ini merupakan urat nadi bagi sekitar 20% pasokan minyak global, sehingga setiap gejolak di sana dapat memicu krisis pasokan yang lebih luas.

Harga Minyak Meroket Akibat Perang Israel-Iran, RI Genjot Produksi

Imam menambahkan bahwa kenaikan harga minyak ini dapat bertindak sebagai katalis positif yang signifikan bagi emiten hulu migas, seperti MEDC dan ENRG, serta penyedia jasa di sektor ini, di antaranya ELSA dan RAJA. Hal ini disebabkan adanya potensi peningkatan pendapatan dan margin keuntungan yang lebih tinggi.

Meskipun demikian, Imam Gunadi mengingatkan bahwa efek positif ini bisa bersifat sementara dan sangat bergantung pada dinamika perkembangan geopolitik di Timur Tengah serta potensi intervensi dari negara-negara produsen minyak utama untuk menstabilkan pasar. Oleh karena itu, guna menjaga daya tahan dan keberlanjutan bisnis di tengah volatilitas ini, emiten migas disarankan untuk berfokus pada efisiensi biaya operasional, diversifikasi usaha, dan penguatan lini bisnis midstream maupun downstream mereka.

  MEDC Chart by TradingView

Harga Minyak Mentah Naik Jumat (21/2) Pagi, Brent ke US$76,64 dan WTI ke US$72,65

Dari perspektif investasi, Imam Gunadi secara spesifik merekomendasikan opsi “beli” untuk beberapa saham migas. Untuk Saham ELSA, rekomendasi beli diberikan pada level Rp 510, dengan target harga Rp 540 dan level stop loss di bawah Rp 496. Sementara itu, Saham MEDC direkomendasikan “beli” di harga Rp 1.400, dengan target harga Rp 1.515 dan level stop loss di bawah Rp 1.345.

Ringkasan

Konflik di Timur Tengah yang memanas setelah serangan Israel ke Iran memicu lonjakan signifikan pada harga minyak mentah global, dengan West Texas Intermediate (WTI) dan Brent crude naik lebih dari 7%. Kenaikan harga ini disebabkan kekhawatiran akan terganggunya pasokan dari kawasan produsen minyak utama. Lonjakan ini segera memberikan sentimen positif yang kuat bagi saham-saham perusahaan migas di Bursa Efek Indonesia, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Elnusa Tbk (ELSA), yang mencatatkan penguatan.

Para analis sepakat bahwa konflik ini meningkatkan kekhawatiran terhadap stabilitas pasokan minyak global, mengingat Iran merupakan kontributor signifikan dan risiko gangguan di Selat Hormuz. Kenaikan harga minyak berpotensi menjadi katalis positif bagi emiten hulu migas dan penyedia jasa, meningkatkan pendapatan dan margin keuntungan. Meskipun efek positifnya bisa bersifat sementara, beberapa saham migas seperti ELSA dan MEDC direkomendasikan “beli” oleh analis, dengan target harga spesifik.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button