Finance

Ayam Broiler Naik! Peluang Investasi Emiten Poultry Semester II-2025?

JAKARTA. Prospek kinerja emiten di sektor pakan ternak dan unggas, atau yang sering disebut sektor poultry, diperkirakan akan menunjukkan perbaikan signifikan pada paruh kedua tahun 2025. Optimisme ini didorong oleh serangkaian faktor krusial yang diharapkan mampu mengangkat laba perusahaan-perusahaan di industri ini.

Beberapa pendorong utama perbaikan ini meliputi potensi kenaikan harga ayam broiler atau live bird (LB), berkurangnya dampak negatif impor grandparent stock (GPS) yang terjadi pada tahun 2024, serta peningkatan belanja pemerintah yang diproyeksikan akan menggenjot permintaan domestik. Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menegaskan bahwa paruh kedua 2025 akan jauh lebih cerah dibandingkan semester pertama. “Mulai Mei hingga Juni 2025, terlihat pemulihan bertahap harga ayam broiler dan DOC (day old chick),” ujar Ekky pada Jumat (4/7).

Laba 2024 Naik, Prospek Emiten Poultry Masih Ciamik

Pemulihan harga ini tidak lepas dari intervensi proaktif pemerintah, yang mencakup kebijakan pemusnahan telur tetas (hatching egg), DOC, dan indukan. Selain itu, penetapan harga dasar ayam hidup dan program penyerapan unggas mati melalui cadangan pangan turut memberikan stabilisasi. Faktor pendorong lainnya yang signifikan adalah perluasan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini diharapkan mampu meningkatkan permintaan ayam secara masif, terutama dari kalangan pelajar, seiring target pemerintah untuk meningkatkan penerima MBG menjadi 20 juta orang pada Agustus dan 82,9 juta orang hingga akhir 2025. Hal ini diproyeksikan akan menstabilkan permintaan unggas sepanjang semester kedua.

Namun demikian, Ekky menyoroti beberapa tantangan yang masih membayangi sektor ini. Daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dan fluktuasi harga ayam hidup yang kerap berada di bawah titik impas, menjadi kendala utama. Ia menambahkan, permintaan struktural belum pulih secara organik, dan kondisi pasar saat ini masih menghadapi masalah kelebihan pasokan.

Potensi Perbaikan Harga Hingga Peningkatan Permintaan Dorong Prospek Sektor Unggas

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Wilastita Muthia Sofi, mencatat bahwa harga rata-rata ayam broiler pada Juni 2025 mencapai Rp 17.800/kg, meningkat 6% secara bulanan (mom), meski masih terkoreksi 7% secara tahunan (yoy). Secara triwulanan, harga rata-rata pada kuartal II-2025 tercatat Rp 16.800/kg, turun 15% secara kuartalan (qoq) dan 19% yoy. Wilastita memproyeksikan bahwa perbaikan laba pada semester II-2025 akan ditopang oleh harga ayam broiler yang lebih baik, dampak penurunan impor GPS, peningkatan belanja pemerintah, serta implementasi program MBG yang semakin masif.

Selain itu, biaya pakan diperkirakan tetap menguntungkan berkat program stabilisasi harga jagung lokal oleh pemerintah. Wilastita memproyeksikan harga jagung lokal pada tahun 2025 berada di kisaran Rp 5.600/kg, sementara harga bungkil kedelai (soybean meal/SBM) diperkirakan stabil di US$ 324/ton, di tengah prospek ekonomi global yang cenderung lesu. Meskipun demikian, Wilastita mengingatkan bahwa risiko terbesar sektor ini mencakup pelemahan daya beli masyarakat, potensi gangguan pasokan bahan baku, serta intervensi pemerintah yang bisa mempengaruhi dinamika pasar.

Harga Ayam Susut, Peternak Kusut

Sementara itu, Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, mengemukakan bahwa kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) saat ini masih ditopang oleh harga jagung yang menurun dan volume penjualan yang stabil. Namun, ia menilai pertumbuhan pendapatan (top line) masih terbatas akibat lemahnya daya beli. Di sisi lain, potensi peningkatan kuota impor juga menjadi ancaman tersendiri karena berpotensi memperparah kondisi kelebihan pasokan. Abdul memperkirakan kinerja pada kuartal II dan III cenderung melemah karena normalisasi daya beli serta minimnya momen perayaan yang biasanya mendorong konsumsi unggas. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga bisa memicu kenaikan harga jagung, menambah tekanan pada biaya produksi.

Dari sisi investasi saham, Ekky Topan menilai posisi saat ini sangat menarik untuk akumulasi. Ia secara spesifik merekomendasikan “beli” untuk saham JPFA di harga saat ini, mengingat saham tersebut telah berbalik arah dari titik support di Rp 1.440. Jika tren kenaikan berlanjut, saham JPFA berpotensi menguat menuju Rp 1.650, bahkan Rp 1.840. “CPIN juga menunjukkan tanda-tanda rebound, dengan target jangka pendek menguji level tertinggi sebelumnya di Rp 5.000, dan potensi jangka panjang mencapai Rp 5.600 jika momentum kenaikan berlanjut,” tambah Ekky, memberikan pandangan positif terhadap prospek saham unggas.

Ringkasan

Prospek kinerja emiten poultry diperkirakan membaik signifikan pada paruh kedua tahun 2025, didorong oleh potensi kenaikan harga ayam broiler, berkurangnya dampak impor GPS, serta peningkatan belanja pemerintah. Pemulihan harga ini didukung intervensi pemerintah, termasuk pemusnahan telur dan DOC, serta penetapan harga dasar ayam. Perluasan program Makan Bergizi Gratis juga diharapkan meningkatkan permintaan ayam secara masif, menstabilkan sektor ini.

Meskipun demikian, sektor ini masih menghadapi tantangan seperti daya beli masyarakat yang belum pulih dan masalah kelebihan pasokan. Analis memproyeksikan perbaikan laba di semester II-2025 akan ditopang oleh harga ayam broiler yang lebih baik, penurunan impor GPS, dan program MBG. Dari sisi investasi, saham JPFA dan CPIN dinilai menarik untuk akumulasi karena menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan potensi penguatan harga.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button