Finance

Prediksi Sektor Unggulan Semester II 2025: Raih Keuntungan Maksimal!

Potensi rotasi sektoral di pasar modal semakin menguat, terutama di tengah meredanya ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat, yang kontras dengan meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah.

Data per akhir perdagangan Senin (16/6) menunjukkan beberapa indeks sektoral telah mencatatkan kenaikan signifikan sejak awal tahun. Indeks IDX sektor teknologi memimpin dengan lonjakan fantastis sebesar 69,75%. Disusul oleh indeks IDX sektor bahan baku yang menguat 21,53% secara year-to-date, dan indeks IDX sektor transportasi dan logistik yang menanjak 9,96%.

Namun, Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengingatkan bahwa valuasi saham-saham di sektor yang sudah melonjak tinggi tersebut kini mulai mencapai level premium. Hal ini membuka potensi munculnya aksi ambil untung (profit taking) jika sentimen negatif membayangi pasar.

IHSG Masih Dibayangi Sentimen Negatif, Cermati Rekomendasi Saham untuk Selasa (17/6)

Meskipun demikian, Liza secara spesifik menyoroti bahwa saham-saham di sektor bahan baku justru berpotensi menguat signifikan jika konflik antara Israel dan Iran semakin memanas.

Berkaca pada pengalaman perang Rusia dan Ukraina pada tahun 2022, harga komoditas energi dan tambang kembali meroket, mengukuhkan karakteristik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indeks yang sangat commodity-driven dan cenderung bullish. Liza menambahkan bahwa siklus komoditas ini diperkirakan akan mengakhiri fase bottoming pada tahun 2025 dan segera memasuki tren bullish, menjadikannya momen yang tepat di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah.

Lebih lanjut, Liza memprediksi bahwa investor institusi akan cenderung melakukan rebalancing portofolio pada paruh kedua tahun 2025, terutama menjelang akhir tahun, dengan asumsi adanya penurunan suku bunga. Proyeksi pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) pada bulan September dapat memicu perubahan preferensi investasi, menjadikan sektor perbankan sangat potensial.

Dalam pandangan terpisah, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, memproyeksikan terjadinya rotasi sektor dalam waktu dekat. Namun, ia juga melihat peluang bahwa sektor-sektor yang sudah menunjukkan penguatan dapat terus melanjutkan tren positifnya.

BEI Kaji Penyesuaian Jam Perdagangan, Bisa Ditambah atau Bergeser

Ia mencermati bahwa sektor teknologi dan kesehatan mulai menunjukkan sinyal pelemahan, sementara sektor keuangan masih cenderung stagnan tanpa penunjukan pergerakan yang signifikan. Ekky memperkirakan sektor yang akan tetap menguat adalah bahan baku, mencakup emas dan energi. Selain itu, sektor transportasi dan logistik juga berpotensi melanjutkan penguatan, khususnya emiten perkapalan.

Sektor Pilihan

Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, mengakui bahwa saat ini sektor perbankan memang belum semenarik komoditas. Namun, potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed dipercaya akan mendorong capital inflow yang signifikan. “Hal ini akan membantu aliran dana masuk ke pasar negara berkembang (emerging markets), dan saham perbankan akan menjadi daya tarik utama. Pilihan kami jatuh pada BBCA, mengingat kinerjanya yang paling solid di antara bank-bank besar lainnya,” ungkap Martha.

Selain perbankan, Mirae Asset Sekuritas juga sangat merekomendasikan sektor emas. Martha menjelaskan bahwa di tengah meningkatnya ketidakpastian global, harga emas diproyeksikan akan tetap tinggi, setidaknya di atas US$ 3.000 per ons troi. Kondisi harga emas yang stabil tinggi ini tentu akan sangat menguntungkan para produsen emas, dengan top pick Mirae Asset Sekuritas adalah ANTM.

BEI Targetkan ETF Emas Meluncur Kuartal IV-2025, Tunggu Aturan OJK

Mirae Asset Sekuritas turut melirik sektor komoditas logam. Martha menjelaskan bahwa meredanya tensi dagang antara China dan AS dapat mendorong pertumbuhan ekonomi global, sehingga permintaan logam mineral dari China berpotensi terus meningkat. “Kami merekomendasikan selective buy untuk emiten timah atau emiten nikel. Beberapa saham yang menunjukkan kinerja baik meliputi NCKL, DFKT, dan NCIL, namun tetap dengan strategi selective buy,” paparnya.

Sementara itu, Kiwoom Sekuritas menempatkan pilihannya pada sektor konsumer dan kesehatan. Saham-saham favorit mereka di sektor ini adalah ACES dengan target harga Rp 654 dan KLBF dengan target Rp 1.760.

Untuk sektor perbankan, Kiwoom Sekuritas menjagokan BBRI dengan target harga Rp 4.720 dalam 12 bulan ke depan, serta BMRI dengan target harga Rp 6.300 untuk periode yang sama.

PTBA Chart by TradingView

Terakhir, untuk sektor energi dan utilitas, Kiwoom merekomendasikan PTBA dengan target harga Rp 3.100. Selain itu, MTEL dan AKRA juga menjadi pilihan dengan target harga masing-masing Rp 700 dan Rp 1.500.

Ringkasan

Pasar modal diproyeksikan mengalami rotasi sektoral pada semester II 2025, dipicu meredanya tensi dagang AS-China dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Meskipun sektor teknologi, bahan baku, dan transportasi telah melonjak signifikan, valuasi tinggi memicu potensi aksi ambil untung. Konflik geopolitik berpotensi menguatkan sektor bahan baku dan komoditas, sementara proyeksi penurunan suku bunga The Fed dan BI dapat menguntungkan sektor perbankan.

Analis memproyeksikan sektor bahan baku, termasuk emas dan energi, akan tetap menguat, terutama di tengah ketidakpastian global. Sektor perbankan juga dipandang menarik dengan potensi aliran dana masuk, menjadikannya pilihan utama bagi investor. Selain itu, sektor transportasi dan logistik, logam, konsumer, kesehatan, serta energi dan utilitas turut direkomendasikan dengan beberapa saham unggulan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button