Minyak Naik! Stok AS Turun, Harga Minyak Dunia Melonjak

Top Indo Apps – JAKARTA. Harga minyak global kembali menunjukkan rebound pada perdagangan Kamis (26/6) pagi, setelah sempat mengalami penurunan signifikan. Melansir data Bloomberg pada Kamis (26/6) pukul 06.25 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2025 di New York Mercantile Exchange tercatat naik 0,48% menjadi US$ 65,23 per barel. Kenaikan ini terjadi setelah sehari sebelumnya harga WTI berada di level US$ 64,92 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah ini dipicu oleh dua faktor utama yang memberikan dorongan positif pada pasar. Pertama, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan sinyal pelonggaran sanksi jangka pendek terhadap Iran. Isyarat ini meredakan kekhawatiran pasar akan pasokan, meskipun Trump juga menegaskan bahwa AS tidak akan berhenti menekan Iran dan menyatakan ketegangan di kawasan itu telah berakhir. Pernyataan yang bercampur ini menciptakan dinamika pasar yang menarik.
Faktor pendorong kedua adalah laporan pemerintah AS yang menunjukkan penurunan signifikan pada persediaan minyak mentah AS. Data ini mengungkapkan bahwa stok minyak mentah di AS telah turun selama lima pekan berturut-turut, dengan penurunan terbaru mencapai 5,8 juta barel. Penurunan persediaan yang konsisten ini mengindikasikan permintaan yang kuat atau pengetatan pasokan di pasar domestik AS, memberikan dukungan substansial bagi kenaikan harga.
Sebagai konteks, pada hari sebelumnya, Rabu (25/6) sore, harga minyak dunia sempat melonjak lebih dari 1%, membawa WTI ke level US$ 65,31. Fluktuasi ini menggambarkan volatilitas tinggi di pasar energi global yang sangat sensitif terhadap berita geopolitik dan data ekonomi terbaru.
Meskipun demikian, potensi kenaikan harga minyak masih menghadapi hambatan. Hal ini disebabkan adanya laporan yang mengindikasikan bahwa Rusia terbuka terhadap kemungkinan peningkatan produksi pada pertemuan OPEC+ berikutnya. Negara-negara anggota OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 6 Juli mendatang untuk membahas penyesuaian tingkat pasokan untuk Agustus, yang berpotensi menambah tekanan suplai di pasar global.
Menanggapi pergerakan pasar yang kompleks ini, Rebecca Babin, seorang trader senior dari CIBC Private Wealth Group, menjelaskan, “Pergerakan harga minyak mentah hari ini mencerminkan gabungan dari beberapa faktor, yakni kenaikan teknikal setelah aksi jual berlebihan, penarikan kembali komentar terkait sanksi Iran, dan data EIA yang mendukung.” Babin menambahkan, “Meskipun prospek semester II masih menunjukkan surplus dan sentimen bearish masih ada, neraca jangka pendek terlihat lebih ketat daripada yang ditunjukkan narasi yang lebih luas.” Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekhawatiran jangka panjang tentang kelebihan pasokan, dinamika pasar jangka pendek saat ini lebih ketat dari perkiraan, memicu sentimen positif sementara.
Ringkasan
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kembali naik pada Kamis (26/6) pagi menjadi US$65,23 per barel setelah sempat turun. Rebound ini didorong sinyal pelonggaran sanksi AS terhadap Iran oleh Presiden Trump. Selain itu, penurunan persediaan minyak mentah AS secara signifikan selama lima pekan berturut-turut menjadi faktor kunci. Penurunan terbaru mencapai 5,8 juta barel, mengindikasikan pengetatan pasokan di pasar domestik.
Sebelumnya, harga minyak dunia sempat melonjak lebih dari 1% pada hari Rabu. Namun, potensi kenaikan harga masih menghadapi hambatan dari laporan yang menyebutkan Rusia terbuka untuk meningkatkan produksi. Pertemuan OPEC+ pada 6 Juli akan membahas penyesuaian pasokan, berpotensi menambah suplai global. Volatilitas pasar energi global saat ini sangat sensitif terhadap berita geopolitik dan data ekonomi.