Saham Bank Blue Chip: Untung atau Buntung Saat IHSG Melemah?

Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pelemahan, beberapa saham Bank Blue Chip LQ45 justru menunjukkan pergerakan yang berbeda arah. Perhatian utama tertuju pada saham-saham perbankan raksasa seperti BMRI, BBRI, dan BBCA yang mencatatkan kinerja bervariasi saat pasar ditutup dalam tren penurunan.
Saham BMRI (PT Bank Mandiri (Persero) Tbk) Menurun
Mengawali pembahasan, saham BMRI ditutup dalam zona merah pada akhir perdagangan. Saham Bank Mandiri ini mengakhiri sesi di level Rp 4.750 per saham. Penurunan ini cukup signifikan, yakni 2,66%, dari harga penutupan hari Senin (30/6) sebesar Rp 4.880.
Pada pembukaan, saham BMRI sempat berada di atas harga penutupan sebelumnya, yaitu Rp 4.900 per saham. Sepanjang hari perdagangan, BMRI sempat menyentuh harga tertinggi Rp 4.910 dan harga terendah Rp 4.710, sebelum akhirnya ditutup merosot Rp 130 per saham dalam satu hari.
Jika ditarik mundur, pergerakan saham BMRI menunjukkan tren penurunan yang konsisten. Dalam sepekan terakhir (sejak 24 Juni 2025), harga sahamnya telah merosot 5,47% dari level Rp 5.025. Bahkan, jika dibandingkan dengan setahun lalu (01 Juli 2024), saham BMRI sudah terkoreksi 24,00% dari harga Rp 6.250.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BMRI mencapai Rp 1.527,20 miliar, dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 3.198.512 lot.
BBRI Turun Lebih dari 1%
Tidak berbeda jauh dengan Mandiri, saham BBRI (Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk) juga ditutup melemah. Pada penutupan bursa, saham BBRI tercatat di harga Rp 3.700 per saham.
Penurunan ini sebesar 1,07% dari harga penutupan Senin (30/6) di Rp 3.740. Meskipun sempat dibuka lebih tinggi di Rp 3.780 per saham, saham BBRI mencatatkan harga tertinggi Rp 3.790 dan terendah Rp 3.670 sepanjang hari, sebelum akhirnya ditutup turun Rp 40 per saham.
Dalam rentang tujuh hari terakhir (sejak 24 Juni 2025), harga saham BBRI telah terkoreksi 2,12% dari Rp 3.780. Bahkan, jika melihat performa setahun ke belakang (01 Juli 2024), saham BBRI anjlok 20,09% dari harga Rp 4.630.
BEI mencatat total nilai transaksi saham BBRI mencapai Rp 788,50 miliar, dengan volume perdagangan mencapai 2.123.153 lot.
BBCA Naik Tipis
Berbeda dengan dua bank sebelumnya, saham BBCA (Bank Central Asia Tbk) berhasil ditutup di zona hijau. Pada penutupan perdagangan, saham BBCA stabil di harga Rp 8.700 per saham.
Kenaikan tipis sebesar 0,29% ini terjadi dari harga penutupan Senin (30/6) di Rp 8.675. Meski sempat dibuka lebih tinggi di Rp 8.750 per saham, BBCA mencatatkan harga tertinggi Rp 8.775 dan terendah Rp 8.600, sebelum akhirnya menguat Rp 25 per saham dalam sehari.
Namun, dalam pandangan jangka pendek dan menengah, saham BBCA juga masih menunjukkan tren pelemahan. Sejak tujuh hari yang lalu (24 Juni 2025), harganya telah turun 0,85% dari Rp 8.775. Bahkan, dalam setahun terakhir (01 Juli 2024), saham BBCA telah terkoreksi 11,90% dari level Rp 9.875.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BBCA mencapai Rp 716,80 miliar, dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 823.760 lot.
Ringkasan
Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pelemahan, beberapa saham Bank Blue Chip LQ45 seperti BMRI, BBRI, dan BBCA mencatat kinerja bervariasi. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ditutup di zona merah pada Rp 4.750 per saham, turun 2,66% dari harga penutupan sebelumnya. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga melemah 1,07% menjadi Rp 3.700 per saham. Berbeda, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil menguat tipis 0,29% menjadi Rp 8.700 per saham.
Meskipun ada perbedaan pergerakan harian, ketiga saham tersebut secara umum menunjukkan tren penurunan dalam jangka waktu lebih panjang. Dalam sepekan, BMRI telah merosot 5,47% dan BBRI terkoreksi 2,12%, sementara BBCA juga turun 0,85%. Lebih lanjut, dalam setahun terakhir, BMRI anjlok 24,00%, BBRI turun 20,09%, dan BBCA terkoreksi 11,90%.