Gempa Cimahi Aman! Tangkuban Parahu Tetap Stabil, Ini Kata Badan Geologi

Top Indo Apps – , Bandung – Gempa bumi bermagnitudo 2,7 yang mengguncang Kota Cimahi pada Ahad, 29 Juni 2025, pukul 08.49 WIB, turut dirasakan hingga pos pemantauan Gunung Tangkuban Parahu dengan skala intensitas III MMI. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, segera memberikan konfirmasi mengenai dampak dan kondisi terkini gunung api tersebut pascagempa.
Menanggapi kejadian tersebut, Muhammad Wafid menegaskan bahwa secara visual, aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu tidak menunjukkan peningkatan signifikan setelah gempa Cimahi terasa. Pernyataan ini disampaikan dalam keterangan resmi pada Minggu, 29 Juni 2025.
Lebih lanjut, pemantauan di area kawah menunjukkan kondisi yang stabil. Dari Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu, terpantau asap putih sedang dengan ketinggian berkisar 20 hingga 200 meter dari dasar kawah. Sementara itu, di Kawah Ecoma, ketinggian asap tercatat antara 5 hingga 10 meter dari dasar kawah. Selain itu, manifestasi bualan lumpur yang mulai terbentuk di Kawah Ratu sejak 5 Juni 2025 masih teramati hingga kini dengan tingkat intensitas dan luasan area yang tidak berubah.
Terkait aktivitas kegempaan, Wafid menyatakan bahwa tidak ada perubahan signifikan yang terpantau di Gunung Tangkuban Parahu pasca gempa Cimahi. Pemantauan kegempaan hingga saat ini tidak menunjukkan peningkatan, dengan rekaman masih didominasi oleh getaran tremor menerus. Getaran ini sendiri berasosiasi kuat dengan aktivitas bualan lumpur yang ada di Kawah Ratu.
Badan Geologi merinci data rekaman kegempaan yang tercatat. Pada 28 Juni 2025, tercatat tiga kali gempa embusan, 84 kali gempa low frequency (LF), serta satu kali gempa tektonik jauh (TJ). Pada tanggal tersebut, getaran tremor menerus tercatat dengan amplitudo 0,5-1,5 mm. Sementara itu, pada 29 Juni 2025 hingga pukul 12.00 WIB, tercatat 41 kejadian gempa low frequency (LF), dua kali gempa vulkanik dalam (VA), satu kali gempa embusan, satu kali gempa tektonik jauh (TJ), dan satu kali gempa terasa pada skala III/MMI, dengan getaran tremor menerus beramplitudo 0,5-1 mm.
Dalam aspek deformasi, pengamatan menggunakan peralatan EDM, GNSS, dan Tiltmeter pasca gempa Cimahi menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan terhadap perubahan tekanan di bawah Gunung Tangkuban Parahu. Meskipun demikian, Wafid mengingatkan, data pemantauan EDM masih memperlihatkan kecenderungan pola inflasi. Ini mengindikasikan adanya akumulasi tekanan pada kedalaman dangkal di bawah tubuh gunung api. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, bahkan tanpa didahului oleh gejala vulkanik yang jelas.
Di samping itu, data pengukuran dari Stasiun Multi-GAS permanen juga mengonfirmasi tidak adanya perubahan mencolok pada konsentrasi gas yang dipantau di Gunung Tangkuban Parahu.
Dengan mempertimbangkan seluruh data pemantauan, Badan Geologi tetap mempertahankan status aktivitas Gunung Tangkuban Parahu berada di Level I, atau Normal. Meski demikian, imbauan penting tetap dikeluarkan bagi masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan para pengunjung. Mereka diimbau untuk tidak mendekati area dasar kawah, tidak berlama-lama di kawasan kawah aktif, serta segera menjauh jika teramati peningkatan intensitas embusan atau tercium bau gas yang menyengat.
Adapun rincian gempa bumi Cimahi itu sendiri dilaporkan oleh BMKG. Pada Ahad, 29 Juni 2025, pukul 08.49 WIB, wilayah Kota Cimahi dan sekitarnya diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 2,7. Pusat gempa ini berada di darat pada koordinat 6.76 LS dan 107.63 BT, atau lebih tepatnya berlokasi 14 kilometer arah timur laut Kota Cimahi, Jawa Barat, dengan kedalaman 6 kilometer. BMKG menjelaskan bahwa dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi ini dikategorikan sebagai jenis gempa bumi dangkal yang diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif.
Dampak gempa Cimahi ini dilaporkan turut dirasakan di wilayah Lembang dengan skala intensitas II-III MMI. Syukurnya, hingga saat ini tidak ada laporan mengenai kerusakan bangunan yang signifikan akibat peristiwa gempa tersebut.
Pilihan Editor: Apa Itu Ekosipasi? Jalan Baru Pembangunan Berkelanjutan
Ringkasan
Gempa bumi bermagnitudo 2,7 mengguncang Kota Cimahi pada 29 Juni 2025 dan turut dirasakan hingga pos pemantauan Gunung Tangkuban Parahu. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, memastikan bahwa secara visual aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu tidak menunjukkan peningkatan signifikan pascagempa. Kondisi kawah terpantau stabil dengan asap putih dan bualan lumpur yang tidak berubah intensitasnya.
Pemantauan kegempaan di Tangkuban Parahu juga tidak menunjukkan perubahan signifikan, masih didominasi getaran tremor menerus. Meskipun data deformasi memperlihatkan pola inflasi dangkal, tidak ada perubahan mencolok pada konsentrasi gas. Badan Geologi tetap mempertahankan status Gunung Tangkuban Parahu di Level I (Normal), namun mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati dasar kawah karena potensi erupsi freatik mendadak.