IHSG Bangkit Hari Ini, Tekanan Mingguan Belum Usai!

Top Indo Apps – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menunjukkan kekuatan dengan parkir di zona hijau pada penutupan perdagangan Kamis (26/6), kendati masih dibayangi tren pelemahan secara mingguan.
Pada sesi penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan penguatan signifikan sebesar 0,96%, membawa indeks acuan ini menembus level 6.897,40. Namun, patut dicermati bahwa dalam rentang waktu sepekan terakhir, IHSG masih terkoreksi sebesar 1,02%, mengindikasikan tekanan jual yang berkelanjutan.
Intip Bank Blue Chip LQ45 saat IHSG Naik pada Kamis (26/6), Cek BBRI, BMRI, dan BBCA
Aktivitas perdagangan di pasar saham pada hari tersebut menunjukkan volume yang cukup substansial, mencapai 21,02 miliar saham. Total nilai transaksi tercatat menyentuh angka Rp 14,74 triliun. Distribusi pergerakan saham memperlihatkan optimisme, di mana sebanyak 357 saham mengalami penguatan, sementara 247 saham melemah, dan 200 saham lainnya stagnan.
Direktur PT Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, menguraikan bahwa pelemahan IHSG sepanjang pekan ini sebagian besar dipicu oleh sentimen eksternal yang memanas. Konflik geopolitik antara Israel dan Iran, yang mendorong lonjakan tajam harga minyak global, menjadi pemicu utama. “Kenaikan harga minyak ini memunculkan kekhawatiran serius akan potensi pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia,” jelas Daniel kepada Kontan.co.id, Kamis (26/6).
Selain itu, sinyal hawkish dari Federal Reserve (The Fed) yang mengindikasikan keengganan untuk segera memangkas suku bunga dalam waktu dekat turut mengurangi daya tarik pasar negara berkembang (emerging markets) di mata investor global, menambah tekanan pada pasar saham domestik.
IHSG Menguat 0,96% ke 6.897, Top Gainers LQ45: MBMA, JPFA dan BBTN, Kamis (26/6)
Senada, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengamati bahwa dominasi tekanan jual masih terasa kuat dalam pergerakan IHSG selama sepekan terakhir. Namun, secara teknikal, ia menyoroti bahwa IHSG masih berhasil tertahan di atas garis rata-rata bergerak 20 hari (MA20), mengindikasikan adanya level dukungan yang penting.
Herditya juga menambahkan secercah optimisme terhadap prospek pasar. “Meredanya konflik di Timur Tengah, ditambah dengan pelemahan nilai tukar dolar AS, memberikan sentimen positif yang signifikan bagi pergerakan rupiah dan juga IHSG,” ungkapnya. Lebih lanjut, harga komoditas utama seperti minyak mentah dan emas mulai menunjukkan penurunan seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik global, menciptakan kondisi pasar yang lebih stabil.
Proyeksi IHSG Awal Pekan: Mencari Arah di Tengah Ketidakpastian Global
Memasuki perdagangan awal pekan, Senin (30/6), para analis memberikan proyeksi dan rekomendasi yang patut dicermati oleh investor. Daniel Agustinus memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang konsolidasi antara 6.800 hingga 6.950. Untuk itu, ia merekomendasikan beberapa saham pilihan:
- JPFA dengan target jangka pendek Rp 1.600 per saham
- ANTM dengan target Rp 3.100 per saham
Mewaspadai Tekanan Lanjutan ke Bursa Saham Indonesia
Sementara itu, Herditya Wicaksana memiliki pandangan yang sedikit lebih konservatif, memperkirakan IHSG berpeluang menguat terbatas. Ia menetapkan level support pada 6.833 dan level resistance pada 6.881. Investor disarankan untuk tetap mewaspadai beberapa faktor kunci yang akan memengaruhi pergerakan pasar, antara lain situasi geopolitik di Timur Tengah, rilis data manufaktur China, serta tren harga komoditas global, khususnya minyak dan emas.
Adapun, rekomendasi saham dari Herditya untuk perdagangan awal pekan meliputi:
- JPFA di kisaran Rp 1.535 – Rp 1.605
- ULTJ di kisaran Rp 1.395 – Rp 1.475
- INCO di kisaran Rp 3.380 – Rp 3.490
JPFA Chart by TradingView
Ringkasan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,96% ke level 6.897,40 pada penutupan perdagangan Kamis (26/6). Namun, secara mingguan, IHSG masih terkoreksi 1,02%, mencerminkan tekanan jual yang berkelanjutan. Pelemahan mingguan ini utamanya dipicu oleh sentimen eksternal, seperti konflik geopolitik Israel-Iran yang menaikkan harga minyak global serta sinyal hawkish dari Federal Reserve.
Meskipun tekanan jual dominan, secara teknikal IHSG masih tertahan di atas garis MA20. Analis melihat potensi sentimen positif dari meredanya konflik Timur Tengah dan pelemahan nilai tukar dolar AS. Proyeksi untuk awal pekan depan mengindikasikan IHSG berpotensi bergerak konsolidatif, dengan investor perlu mencermati perkembangan geopolitik dan data ekonomi global.