Geopolitik Memanas: Harga Emas dan Saham Minyak Terbang Tinggi!

JAKARTA, KOMPAS.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (13/6/2025) dengan pelemahan signifikan, merosot 0,53 persen ke level 7.166,07. Penurunan tajam ini utamanya dipicu oleh memanasnya sentimen negatif global menyusul eskalasi konflik geopolitik, khususnya setelah serangan Israel ke Iran. Menurut Analis pasar modal dan Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, kinerja IHSG secara langsung tertekan oleh gejolak geopolitik yang kian meruncing tersebut.
Hendra menjelaskan, ketegangan geopolitik yang memanas ini sontak memicu gelombang risk-off di pasar keuangan global, mendorong investor untuk menjauh dari aset berisiko. Dampaknya terasa langsung pada saham-saham unggulan domestik; BBRI tercatat turun 1,72 persen, BBCA melemah 1,10 persen, dan GOTO anjlok 4,48 persen. Tekanan terhadap pasar keuangan domestik kian diperparah dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang ditutup merosot 0,37 persen ke level Rp 16.295 per dollar AS, menunjukkan kerentanan terhadap faktor eksternal.
Meskipun demikian, di tengah sentimen negatif yang melanda, sektor komoditas justru berhasil menunjukkan ketahanan dan performa positif. Harga minyak global melonjak tajam lebih dari 5 persen, menembus 72,91 dollar AS per barel, dipicu oleh kekhawatiran mendalam akan potensi terganggunya pasokan dari kawasan Timur Tengah yang bergejolak. Lonjakan ini memberikan dorongan kuat bagi saham-saham energi, dengan MEDC memimpin kenaikan 9,38 persen, diikuti ENRG yang menguat 7,03 persen, dan ELSA yang meningkat 6,69 persen.
Sejalan dengan penguatan komoditas energi, emas sebagai aset safe haven juga mengalami lonjakan permintaan signifikan. Hendra Wardana mencatat, harga emas global menguat 1,19 persen mencapai 3.442,9 dollar AS per ons. Penguatan ini secara langsung turut mendongkrak pergerakan saham-saham logam mulia, di mana ANTM naik 4,10 persen, PSAB melonjak 7,00 persen, dan MDKA menguat 1,83 persen.
Di tengah volatilitas dan tekanan pasar yang masih membayangi, Hendra merekomendasikan beberapa saham yang patut menjadi perhatian investor untuk pekan depan. Salah satu yang menonjol adalah PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), yang direkomendasikan beli dengan target harga Rp 680. Prospek positif ESSA ditopang oleh kenaikan harga LPG dan amonia, serta dukungan kuat dari kebijakan pemerintah dalam mendorong investasi hilirisasi energi domestik. Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga dianggap sebagai pilihan menarik dengan target harga Rp 3.500, mengingat posisinya yang sangat diuntungkan dari penguatan kembali harga emas dan nikel.
Tak ketinggalan, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga direkomendasikan beli dengan target harga Rp 535. Potensi MBMA didukung oleh tren jangka panjang elektrifikasi kendaraan global dan penguatan berkelanjutan rantai pasok baterai berbasis nikel di Indonesia. Secara keseluruhan, Hendra memproyeksikan bahwa pasar modal masih akan diwarnai volatilitas dalam jangka pendek. Namun, IHSG tetap menawarkan peluang menjanjikan, terutama pada sektor-sektor yang diuntungkan oleh dinamika global, seperti energi, logam, dan bahan baku industri strategis.
Oleh karena itu, Hendra menyarankan investor untuk tetap bersikap selektif dan cermat dalam mengambil keputusan. Penting untuk terus memantau perkembangan geopolitik serta dinamika pergerakan nilai tukar rupiah guna merumuskan strategi alokasi aset yang optimal ke depan.
Disclaimer: Artikel ini murni bersifat informatif dan bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Seluruh rekomendasi dan analisis yang disampaikan berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas potensi keuntungan maupun kerugian yang mungkin timbul dari keputusan investasi. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab dan hak prerogatif investor. Selalu lakukan riset mendalam dan pertimbangan matang sebelum mengambil langkah investasi.
Ringkasan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,53% menjadi 7.166,07 pada Jumat (13/6/2025), dipicu oleh memanasnya konflik geopolitik global, khususnya setelah serangan Israel ke Iran. Ketegangan ini mendorong investor menjauhi aset berisiko, menyebabkan saham unggulan seperti BBRI, BBCA, dan GOTO anjlok. Pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 0,37% ke Rp 16.295 per dollar AS turut memperparah tekanan pasar domestik.
Di tengah sentimen negatif tersebut, sektor komoditas justru menunjukkan kinerja positif. Harga minyak global melonjak lebih dari 5%, memicu kenaikan saham energi seperti MEDC, ENRG, dan ELSA. Emas sebagai aset safe haven juga menguat 1,19%, mendongkrak saham logam mulia seperti ANTM, PSAB, dan MDKA. Analis menyarankan investor untuk tetap selektif pada sektor energi, logam, dan bahan baku strategis di tengah volatilitas pasar.