Politics

Hossein Salami: Profil Komandan Garda Revolusi Iran Target Israel

ISRAEL melancarkan serangkaian serangan udara dahsyat di ibu kota Iran, Teheran, yang berujung pada tewasnya Mayor Jenderal Hossein Salami, seorang tokoh sentral dan kepala Korps Garda Revolusi Iran (IRGC). Operasi militer bersandi “Rising Lion” ini, yang dilaporkan oleh NDTV, melibatkan puluhan jet tempur Israel yang menyasar berbagai target strategis. Beberapa di antaranya adalah fasilitas nuklir krusial, pusat komando militer vital, serta infrastruktur sensitif lainnya di Iran.

Mayor Jenderal Hossein Salami, yang lahir pada tahun 1960 di Golpayegan, Provinsi Isfahan, adalah sosok militer dengan rekam jejak panjang dan berpengaruh di Iran. Perjalanannya dimulai saat ia bergabung dengan IRGC pada tahun 1980, tepat di awal perang Iran-Irak. Dengan dedikasi, ia secara bertahap menapaki jenjang karier, memimpin Divisi Karbala dan Imam Hussein ke-14, sebelum kemudian mengemban tugas sebagai kepala markas besar angkatan laut Nouh.

Setelah konflik berakhir, Salami terus memperkaya pengetahuannya dengan meraih gelar master dalam manajemen pertahanan dari sekolah staf Angkatan Darat Republik Islam Iran. Dedikasinya pada militer semakin terlihat ketika ia menjabat sebagai kepala operasi di Staf Gabungan IRGC dari tahun 1997 hingga 2005. Puncaknya, pada April 2019, ia dipromosikan langsung oleh Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei menjadi panglima tertinggi IRGC, sekaligus dinaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal.

Sebagai komandan tertinggi IRGC, Salami mengawasi salah satu lembaga militer paling kuat dan berpengaruh di Iran. Di bawah kepemimpinannya, IRGC tidak hanya mencakup intelijen, operasi siber, angkatan laut, dan angkatan udara, tetapi juga mengendalikan sekitar 200.000 personel militer. Ia memainkan peran krusial dalam memajukan program rudal balistik Iran, yang baginya merupakan alat penting untuk menghadapi armada kapal induk AS.

Pengaruh IRGC di bawah Salami juga meluas hingga ke jaringan milisi yang luas di seluruh Timur Tengah. Kelompok-kelompok ini, yang secara aktif menargetkan pasukan AS dan sekutu, diyakini kuat menerima dukungan IRGC, termasuk bantuan kepada kelompok Houthi Yaman dalam serangan terhadap pengiriman internasional dan Israel. Salami secara langsung bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak dan rudal Iran terhadap Israel pada tahun 2023. Ia bahkan terekam dalam media pemerintah sedang memeriksa fasilitas militer bawah tanah yang terkait dengan operasi tersebut, menegaskan perannya dalam kompleks industri militer Iran.

Peran sentral Hossein Salami dalam program rudal balistik dan nuklir Iran telah menempatkannya di bawah sorotan internasional. Akibat keterlibatannya dalam pengembangan rudal balistik, ia dijatuhi sanksi oleh Dewan Keamanan PBB pada tahun 2006 dan oleh Amerika Serikat pada tahun 2007. Uni Eropa juga tak ketinggalan menjatuhkan sanksi pada tahun 2021, kali ini terkait perannya dalam meredam gelombang protes pasca kematian Mahsa Amini. Bahkan, selama protes besar tahun 2022 yang dipicu oleh kasus Mahsa Amini, Salami secara terbuka mendesak para pemuda untuk menghentikan demonstrasi, memperingatkan potensi kerusuhan lebih lanjut.

Salami secara konsisten dikenal karena penentangannya yang vokal terhadap Amerika Serikat dan Israel, bahkan secara terbuka menyatakan ambisi Iran untuk melenyapkan “rezim Zionis” secara politis. Selain itu, masa jabatannya juga diwarnai insiden tragis penembakan jet penumpang Ukraina oleh Garda Revolusi pada tahun 2020, sebuah peristiwa yang ia sesali dan untuknya ia menyampaikan permintaan maaf.

Kematian Mayor Jenderal Hossein Salami diperkirakan akan memiliki dampak signifikan pada kemampuan respons militer Iran. Para analis, termasuk Brett McGurk, mantan koordinator Timur Tengah untuk pemerintahan Biden, meyakini bahwa hilangnya Salami berpotensi menunda reaksi militer Iran. Kematiannya kerap dibandingkan dengan hilangnya seorang pemimpin militer setinggi Ketua Kepala Staf Gabungan AS, sebuah analogi yang menyoroti betapa besar kerugian tersebut bagi Tehran.

Meskipun demikian, IRGC, melalui pernyataan resminya, mengakui kematian Salami namun menegaskan bahwa semua komando dan cabang militernya tetap dalam kondisi siaga penuh untuk memberikan respons yang kuat. Insiden kematian Salami juga terjadi pasca ia mengawasi langsung serangan Iran terhadap Israel pada tahun 2024, yang melibatkan peluncuran ratusan pesawat nirawak dan rudal, menandai fase konfrontasi baru dalam konflik yang semakin memanas di Timur Tengah.

Meskipun kehilangan komandan utamanya, Garda Revolusi Iran (IRGC) telah secara lugas menyatakan kesiapannya untuk memberikan pembalasan yang tegas dan keras, sebagaimana dilansir oleh KTVZ. Hal ini menggarisbawahi bahwa pengaruh IRGC jauh melampaui sekadar urusan militer. Institusi ini memegang kendali signifikan atas lanskap politik dan ekonomi domestik Iran, dengan investasi besar di sektor-sektor kunci seperti konstruksi, telekomunikasi, otomotif, dan energi.

Meski demikian, beberapa analis berpendapat bahwa kematian Salami, ditambah dengan hilangnya pejabat militer senior lainnya, dapat saja melemahkan kemampuan Iran untuk merespons serangan tersebut secara efektif. Di sisi lain, IRGC menggambarkan Salami sebagai seorang komandan terhormat yang sangat berdedikasi, terlibat aktif dalam berbagai upaya ilmiah, budaya, keamanan, dan militer. Mereka memuji kesetiaan dan komitmennya yang tak tergoyahkan kepada Pemimpin Tertinggi serta cita-cita luhur Revolusi Iran.

Peristiwa ini, yang menandai hilangnya seorang pemimpin militer kunci Iran, telah menciptakan momen kritis dalam konflik yang meningkat antara Israel dan Iran. Dampak kematian Mayor Jenderal Hossein Salami berpotensi mengubah dinamika konfrontasi yang sedang berlangsung, membuka lembaran baru dalam ketegangan regional yang kompleks.

Pilihan Editor: Komandan Garda Revolusi Tewas, Iran Tembak 100 Drone ke Israel

Ringkasan

Mayor Jenderal Hossein Salami, kepala Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), tewas dalam serangkaian serangan udara dahsyat Israel di Teheran. Lahir pada tahun 1960, ia bergabung dengan IRGC pada 1980 dan diangkat sebagai panglima tertinggi pada April 2019 oleh Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei. Sebagai komandan, Salami mengawasi institusi militer yang kuat, memainkan peran krusial dalam memajukan program rudal balistik Iran, dan bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak serta rudal terhadap Israel.

Kematian Salami, yang juga dijatuhi sanksi internasional terkait perannya dalam program rudal dan penanganan protes, diperkirakan berdampak signifikan pada kemampuan respons militer Iran. Meskipun demikian, IRGC menegaskan bahwa semua komando dan cabang militernya tetap dalam kondisi siaga penuh untuk memberikan respons yang kuat. Peristiwa ini menandai momen kritis dalam konflik yang meningkat antara Israel dan Iran.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button